Bandar Lampung, CNN Indonesia

Kemacetan panjang menuju Pelabuhan Merak, Banten, yang kembali terjadi diduga lantaran semua kendaraan dibiarkan masuk menuju lokasi tanpa menerapkan sistem pengangkutan kapal feri di 2023.

Situasi kepadatan kali ini dinilai mirip dengan yang pernah terjadi pada 2022. Banyak pemudik mengaku menghabiskan waktu berjam-jam buat antre.

Andi Kristanto, misalnya, mengaku menghabiskan waktu 12 jam untuk sampai di Merak. Sejak berangkat mudik dari Jakarta Barat sejak Sabtu (6/4) pukul 07.30 WIB, mobilnya masih di jalan tol sekitar satu kilometer di belakang Km 98 di Exit Merak per Minggu (7/4) siang.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Situasi ini berbeda dari arus mudik 2023 yang diklaim lebih terkendali.

“Karena pada saat sekarang ini, semua kendaraan kembali boleh masuk pelabuhan tanpa batas dan tidak ada pengaturan seperti pada tahun 2023 lalu,” ujar pakar transportasi dan juga stafsus Dirjen Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan, IB Ilham Malik, dalam keterangannya, Minggu (7/4).

“Akibatnya, terjadi penumpukan di Pelabuhan Merak dan disemua segmen jalan akses antara pelabuhan dan pintu tol,” lanjut dia.

Selain antrean yang sangat padat sepanjang jalan, ia menyebut Volume, Capacity, Ratio (VCR) juga jalan menjadi sangat tinggi, hingga kinerja jalan pun menjadi sangat rendah.

“Akibat kemacetan antrean kendaraan yang mau masuk kapal, pada saat yang sama kendaraan tidak bisa turun dari kapal dan keluar dari pelabuhan dengan cepat. Maka waktu bongkar muat pun, menjadi sangat panjang,” ungkapnya.

Pada 2023, ia menyebut ASDP mengoptimalkan kapasitas kapal dan waktu bongkar muat.

Kemudian, aparat terkait juga mampu mengatur jumlah kendaraan yang akan masuk di buffer zone atau zona penyangga yang terbagi-bagi sesuai dengan kapasitas angkut kapal di dermaga ekspres dan reguler. Sehingga, tidak ada antrean panjang mengular.

“Jika memang akan ada volume yang lebih banyak pada 2024 ini, maka nanti perlu dibagi dan dipilah, pada hal apa yang membuat volume ini menimbulkan masalah. Padahal, sudah ada Pelabuhan Ciwandan dan BBJ,” terangnya.

“Sayangnya, semua pihak terkait tidak begitu saat masa mudik 2024 ini. Selalu saja ada pihak yang tidak mau belajar dari apa yang telah berjalan dengan baik masa mudik 2023 lalu. Ini membuat kita semua prihatin,” sambung dia.

Strategi delay system

Ilham menuturkan strategi delay system membuat kapal di dermaga ekspres dan reguler mampu menampung seribu mobil penumpang (smp) per sekali jalan di semua dermaga.

Artinya, hanya boleh ada seribu mobil yang mengalir dari jalan tol dan jalan raya menuju ke Pelabuhan Merak.

Semua kendaraan yang mau masuk ke Pelabuhan Merak di tunda perjalanannya di buffer zone yang sudah ditunjuk; bisa di jalan tol atau penampungan lainnya.

Namun, jumlah per grup penampungan adalah seribu mobil, harus sama dengan kapasitas kapal yang akan mengangkutnya.

Semua kendaraan yang mau masuk ke Pelabuhan Merak, ditunda perjalanannya di buffer zone yang sudah ditunjuk, bisa di jalan tol atau penampungan lainnya.

“Jumlah per grup penampungan adalah seribu mobil, harus sama dengan kapasitas kapal yang akan mengangkutnya,” ujar Ilham.

Kendaraan dari buffer zone akan diijinkan menuju ke parkir pelabuhan jika semua kapal sudah menampung dan mengangkut seribu unit mobil sebelumnya.

“Kebijakan ini, sangat penting diterapkan agar tidak terjadi gangguan terhadap arus kendaraan keluar dari kapal dan dari pelabuhan,” kata dia.

Jika volume meningkat tajam, lanjutnya, jumlah buffer zone ditambah. Termasuk mengaktifkan secara optimal untuk Pelabuhan Ciwandan dan Bandar Bakau Jaya (BBJ), hal yang sama untuk arus balik mudik dari arah Bakauheni.

Sebelumnya, Kapolda Banten Abdul Karim mengklaim sistem baru pengangkutan kapal feri membuat waktu lebih efisien 30 menit sampai 40 menit.

Itu berdasarkan kesepakatan soal sistem kapal feri langsung kembali ke Pelabuhan Merak usai menurunkan penumpang di Pelabuhan Bakeuheni.

“Artinya mobilisasi kegiatan trafik penumpang itu hanya satu arah saja, begitu kapal tiba (di Pelabuhan Merak) langsung loading, muat, enggak menunggu untuk bongkar lagi. Setelah saya hitung, itu terdapat efisiensi kurang lebih 40 menit dari yang sebelumnya,” kata Abdul di Pelabuhan Merak, Minggu (7/4), diberitakan Antara.

“Tidak menunggu terlalu lama di dermaga. Kurang lebih sekitar 30 menit, kapal bersandar di Merak, langsung permuatan. Sekitar 30 menitan langsung berangkat lagi,” ucap Abdul.

“Begitu sampai Merak, kapal tersebut tidak perlu membongkar lagi. Begitu sampai, kosong, langsung isi,” jelasnya.

(zai/arh)






Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *